
Rumah Instrumentasi
Instrumentasi bendungan adalah untuk mengetahui perilaku pada struktur bendungan dengan dipasangnya instrumentasi bendungan maka dapat diketahui sedini mungkin jika ada kerusakan dan perubahan-perubahan pada tubuh bendungan atau struktur bendungan yang ada.
Bendungan Randugunting diklasifikasikan dalam bendungan dengan kelas bahaya sangat tinggi karena terdapat pemukiman yang padat.
Kelas bahaya hilir bendungan termasuk kelas bahaya sangat tinggi, jumlah penduduk yang bermukim di hilir daerah genangan banjir apabila terjadi potensi kegagalan bendungan sekitar 149.150 orang.
Instrumentasi bendungan adalah untuk mengetahui perilaku pada struktur bendungan dengan dipasangnya instrumentasi bendungan maka dapat diketahui sedini mungkin jika ada kerusakan dan perubahan-perubahan pada tubuh bendungan atau struktur bendungan yang ada. Pemasangan alat instrumentasi dapat memberikan informasi tentang perilaku bendungan, perubahan vertical & horizontal, tekanan air pori, dan deformasi bendungan, sehingga dapat menghasilkan data-data yang dapat di evaluasi dalam rangka melakukan evaluasi keamanan bendungan. Tabel berikut menguraikan rincian jenis dan fungsi instrumentasi pada Bendungan Randugunting.
Pengukuran Tekanan. Tujuan pemantauan tekanan air pori di pondasi dan timbunan bendungan ialah: 1) Memantau kelebihan tekanan air pori selama tahap konstruksi, 2) Memantau naik turunnya sisa tekanan air pori. 3) Mengetahui rembesan di zona kedap air, 4) Mengetahui efektivitas grouting, 5) Konfirmasi filter hilir zona kedap air. Instrumen yang digunakan:
a. Vibrating Wire Piezometer. Dipasang pada Sta. B9+12.00 dan Sta. B12+12.00 hulu dan hilir poros bendungan untuk memeriksa tekanan pizometrik di pondasi dan timbunan bendungan. Pengamatan dan pencatatan pembacaan dilakukan secara manual pada masa konstruksi kemudian akan dibaca secara sistem telemetri dengan alat baca digital pada rumah instrument.
b. Open Standpipe Piezometer. Dipasang pada Sta. B3+11, B12+12.00, B15+12.75. Pengamatan dan pencatatan pembacaan dilakukan dengan Water Level Meter (Dipmeter) pada tiap titik instrumen.
c. Tekanan Total. Menggunakan alat Earth Pressure Cells yangdipasang pada Sta. B10, B12, dan B14+7.75. Berfungsi mengukur tekanan di tanah atau tekanan tanah pada struktur. Sel akan merespon tidak hanya pada tekanan tanah tetapi juga tekanan air tanah atau tekanan air pori, maka dinamakan tekanan total.
Pengukuran Deformasi. Perngukurannya terdiri dari Deformasi Internal dan Deformasi Eksternal.
a. Deformasi Internal, terdiri dari dua alat, yaitu:
b. Deformasi Eksternal. Diukur dengan alat Surface Movement Point (Patok Geser) untuk memantau besarnya dan tingkat deformasi horizontal dan vertikal dari timbunan bendungan. Alat ini dipasang pada sepanjang puncak bendungan dan sepanjang lereng hulu dan hilir. Deformasi horizontal dan vertikal dari alat tersebut dapat diamati dengan metode survai.
Pengukuran Rembesan. Pengukuran rembesan terdiri dari Seepage Measuring Device dan Observation Well.
a. Seepage Measuring Device, dipasang di Sta.11 di kaki hilir dari bendungan. Alat pengukur rembesan digunakan untuk mengukur jumlah rembesan melalui, sekitar, dan di bawah zona kedap air. Pemantauan air rembesan yang muncul di hilir sangat penting untuk menilai perilaku bendungan selama pengisian awal waduk. Indikasi awal dari potensi masalah sering ditunjukkan oleh perubahan tingkat rembesan yang teramati.
b. Observation Well, dipasang di lubang bor yang terletak di lima titik di area downstream bendungan utama untuk mengamati dan merekam muka air tanah sebelum dan setelah pengisian waduk. Pengamatan dan pencatatan pembacaan dilakukan dengan Water Level Meter (Dipmeter) pada tiap titik instrumen.
Pengukuran Kejadian Gempa. Strong Motion Accelerograph, dipasang di bagian kaki, dan puncak bendungan. Alat ini dapat mengukur percepatan tri-sumbu. Percepatan ini saling tegak lurus dan disebut vertikal, longitudinal dan transversal.
Pengukuran Pengendapan Sedimen Waduk. Untuk memantau bentuk dan volume endapan waduk, telah dilakukan survai potongan melintang waduk sebelum pengisian awal waduk. Survai potongan melintang dilakukan dengan interval 200 m.